Ini kisah bagaimana Tuhan mengiterupsi sepotong Doa yang kita panjatkan pada-Nya :
Hamba : H
Tuhan : T
H : Bapa di surga....
T : Ya ?
H : Jangan menyela aku sedang berdoa.
T : Tapi kamu memanggil-Ku
H : Memanggi-Mu ? Aku tidak memanggil-Mu. Aku sedang berdoa. Bapa di surga....
T : Nah, iya kan, kamu melakukannya lagi
H : Melakukan apa ?
T : Memanggi-Ku, kamu bilang, "Bapa di surga." Aku disini. Apa yang ada dalam benakmu ?
H : Lho, aku tidak bermaksud apa-apa, kok. Aku ini cuma sekedar mengucapkan doa malamku. Aku selalu berdoa sebelum tidur. Itu merupakan kewajibanku.
T : Oh. baiklah. Teruskan.
H : Aku mau mengucap syukur atas segala berkat-Mu.....
T : Sebentar... sebentar... Berapa besar rasa syukurmu ?
H : Apa ?
T : Berapa besar rasa syukurmu atas berkat-Ku ?
H : Aku... yah...yah.. aku tidak tahu. Aku tidak peduli. Bukankah itu memang hal umum yang orang harus ucapkan saat berdoa ?
T : Oh, baiklah. Teruskan....
H : Teruskan ?
T : Ya, teruskan doamu
H : Oh ya, baik. Tuhan berkatilah gereja kami dalam pelayanannya, begitu juga bapak pendeta dan majelis jemaat yang melayani kami. Semoga segala pendanaan untuk pelayanan ini Tuhan cukupkan semuanya...
T : Apa ? Apa kamu bersungguh-sungguh ?
H : Ya tentu saja dong.
T : Apa yang telah kamu perbuat ?
H : Perbuat ? Maksudnya ? Siapa ? Aku ? Tidak ada, kurasa. Aku hanya berpikir bahwa semuanya akan menjadi sangat jika Engkau Tuhan yang melakukannya untuk mereka....
T : Lha terus apa gunanya Ku-ciptakan kamu ? Lantas apa gunanya kamu berdoa, apa hanya kasih tahu saja jika kamu peduli sama pelayanan mereka ?
H : Hmmm, aku pergi ke gereja, aku memberi kolekte, aku tidak...
T : Bukan itu yang Aku minta. Tadi kamu minta supaya Aku memberkati pelayanan gerejamu, makanya supaya hal itu cepat terjadi, Aku perlu bantuan... seperti kamu misalnya.
H : Tolong, Bapa. Aku perlu menyelesaikan doaku. Ini sudah jauh lebih lama dari biasanya. Berkatilah pelayanmu agar mereka dapat menolong orang-orang yang menderita.
T : Maksudmu ? Bukankah kamu yang harus menjadi pelayan-Ku, utusan-Ku ? Aku rasa Aku telah menyatakannya dengan amat jelas dalam setiap Ibadah Minggu.
H : Hei, sebentar. Apa-apaan ini. Apakah hari ini hari "Pengkritikan-ku" ? Aku ini sedang melakukan kewajibanku, melaksanakan perintah-Mu untuk berdoa. Dan tiba-tiba saja Engkau menyerobot masuk dan mulai membeberkan semua kesalahanku.
T : Baiklah setidak-tidaknya kamu sudah berkata jujur, kalau kamu memang pernah berbuat salah. Tetapi sebenarnya dibalik ini semua, Aku ingin kamu sendiri yang melayani Aku dan Jemaatku. Bukan saja dengan yang kolektemu tetapi juga dengan waktumu, tenagamu, pikiranmu, dan bahkan dirimu. Karena dengan demikian Aku bisa selalu dekat denganmu dan selalu bisa menjawab doamu.
Selamat malam, Bapa. Aku sungguh mengasihi-Mu.
Ya, I love you too. 'Met malam
sumber : dokumen GKJW Jemaat Malang
sekian,
AWA
No comments:
Post a Comment