pulang sekolah. anak-anak langsung brngkat ke rumah cornel. aku pelajaran agama di lantai 2. sebenernya cuacanya bagus kok. masih cerah dan nggak mendung. eh tapi tiba-tiba di tengah-tengah pelajaran agamaku, hujan turun. langsung nyesel deh, kenapa nggak bawa payung lipet ? oke, penyesalan memang datang terlambat. aku tahu. aku paham. aku ngerti. I'am understand. *halah*. tapi untungnya beberapa menit kemudian, hujan lebat selebat hutan amazon itu lama-lama cuman jadi gerimis kecil-kecil. puji Tuhan, sesuatu banget. dan gerimis kecil-kecil itu pun berlanjut sampai aku pulang dari agama.
setelah dapet angkot (angkutan kota) AT jurusan Tidar, aku langsung masuk dengan senang dan happy *samaa ajaa !* karena bersyukur hujannya nggak deras.
tapi...
senang dan happyku harus berakhir saat angkot melewati MOG (Mulut Orang Gila, bukan ding... Malang Town Square. bagi yang gatau, MOG itu sejenis mall), karena saat itu hujan turun dengan beringas. mati kowe ! dan karena itu, sepanjang perjalanan (sekolah - ke rumah cornel ) aku komat-kamit nggak jelas. (doa maksudnya)
tapi Tuhan berkehendak lain. hujan masih turun dengan lebatnya. dan akhirnya pilihanku hanya satu : berteduh sampai hujan agak reda. setelah turun di seberangnya mandala wangi. aku langsung nyebrang dan masuk ke pos satpam. untungnya pos satpam itu nggak dikunci, jadi aku bisa berteduh disitu, dan untungnya satpamnya nggak ada. jadi aku nggak perlu malu.
jangan kalian pikir setelah turun dari angkot, aku sudah sampai di depan rumah cornel persis. nggak ! Nggak ! NGGAK ! (3kali nyebutin, biar puas) jadi setelah turun dari angkot, aku harus berjalan kira-kira 1.000.000 mm ! bayangkan 1.000.000 mm (saya buat dengan satuan milimeter, biar terkesan jauh banget).
dan akhirnya, aku disini. jam setengah dua siang di pos satpam yang terbuka yang kujadikan TBS (tempat berteduh sementara). 15 menit berlalu, tidak ada tanda-tanda akan redanya hujan, 20 menit... tetep aja deres. 20 menit lebih satu detik, masih aja tidak reda. 20 menit lebih 2 detik, masih tidak reda juga. (yaiyalaah ! bego lu !)
kebiasaan terburukku : mata jelalatan. selalu pingin tahu keadaan sekitar. korban pertama mata jelalatanku adalah pos satpam, tidak ada yang mencurigakan, semua terlihat beres. lalu aku melihat ke langit, burung-burung terbang-terbang dengan kepayahan karena hujan, dan akhirnya korban terakhir, jalanan.
jalanan jadi penuh air dimana-mana (baca : banjir), daun-daun menggeliat tidak berdaya ditelan arus banjir, sampah-sampah plastik ikut hanyut (contoh perbuatan orang yang tidak sadar terhadap kebersihan lingkungan), dan tinja-tinja bergelayut manja disalah satu ranting yang tertahan oleh arus air. tunggu.... tinja ? ...... TINJJAAA ??? whhaaattss ??
mataku kayaknya mau copot nih. aku sadar aku baru melihat sesuatu yang sangat menjijikan yang adalah milik manusia yang sudah dibuang. meski setiap hari aku melihat tinja milikku sendiri (hehe...) tapi kalau melihat tinja sedang mengambang kayaknya jijik banget. sekujur tubuh langsung merinding. geli... ihh. siapa sih orang yang buang tinja di selokan ?? disitu, aku udah bermuni-muni (apaan sih ? -.-) dalam segala bahasa. maksudnya aku udah mengumpat-umpat dalam hati. kita doakan saja, pemilik tinja itu tobat untuk membuang tinjanya di selokan lagi.
udah hampir jam 2. dan hujan nggak reda-reda. lebih parahnya lagi, si tinja lemah gemulai itu belum juga menghilang dari pemandanganku. akhirnya, aku menyerah untuk berteduh. dengan keberanian seorang wanita, aku memecah hujan. berlari sejauh 1 juta milimeter untuk sampai di rumah cornel.
memang benar-benar pengalaman di bawah hujan yang paling cihuy asoi geboi ! -___-" habis ini mau bikin acara : PRAY FOR TINJA NGAMBANG DI SELOKAN
sekian,
AWA
lho bukane MOG iku Mal Olympic Garden ya?
ReplyDeleteoh iyo, trus jarak AT ke rumahku g sampe 1 kilo, sekitar 300m
ReplyDeletebabah wes, cek ketok wuaddoh ngono lohh. haha :D
ReplyDelete