Bersyukur itu...

oke. sekarang aku mau ngomong serius sama kamu empat mata. kalo berpikir aku bakal bercanda di postingan kali ini mending anggapan itu segera ditepis dengan smash yang hebat (-_-). jadi... sekarang aku bakal tanya serius, karena ini menyangkut hubungan kita (?). kapan kamu nikahin akuuu ? *krik...krik...krik...*

iyapzz. tema yang akan kita angkat kali ini adalah tentang bersyukur.
pertanyaannya : kapan kita bersyukur ? kenapa kita bersyukur ? dan pertanyaan yang lebih ekstrem lagi : apakah kita "pernah" bersyukur ?
oyaaa, ini pembicaraan bukan pembicaraan rohani. semua agama tanpa membedakan kita semua boleh baca kok :D nggak ada penindasan maupun SARA disini :D Bhineka Tunggal Ika dong, berbeda-beda tapi tetap satu jua :D karena aku yakin semua agama juga mengajarkan kepada para umatnya untuk sering bersyukur kepada Tuhan.

aku punya suatu cerita nih (real story) yang membuat aku akhirnya sering bersyukur atas segala yang aku miliki :D ini bener-bener nyata dan terjadi sampai sekarang...

ada seorang anak berkulit hitam (entah keturunan papua atau ambon, aku nggak tau pasti). dia masih keciiil banget. umurnya kira-kira se anak SD kelas 3-4 gitulah. dan adiknya masih kecil banget masih balita kayaknya.  setiap hari sepulang sekolah aku selalu lewatin perempatan STIKI. naah si anak kecil ini biasanya ada di depan warung yang menjual berbagai olahan seafood yang terletak di sebelah STIKI persis (yang rumahnya sekitar situ. monggo dicek). dia dari siang sampai malem biasanya ada di situ terus, sesekali sambil gendong adiknya yang masih balita (kalo aku sih umur segitu masih suka cengeng gara-gara nggak dibeliin mainan kesukaanku). nah, bapakku tuh langganan di tukang reparasi sepatu yang ada di sekitar situ. jadi saat bapakku mau ambil sepatu yang dijahit, aku bisa melihat anak itu dari dekat.
tubuhnya kecil badannya hitam kayak nggak terawat gitu. rambutnya juga kusut, bajunya kotorr banget. aku langsung tersentuh liat anak itu. kasiiiaan banget. apalagi saat aku liat dia 'momong' adiknya yang masih kecil. adduuh rasanya pingin meluk mereka berdua gitu.
aku kira sebelumnya. anak itu adalah cucu kakek reparasi sepatu yang ada di sekitar situ. daripada sotoy, aku tanya sama bapakku, beginilah kira-kira percakapanku sama bapakku diatas sepeda motor :

aku : " Pak, anak kecil yang di depannya warung 'tiiitt' itu cucunya kakek-kakek reparasi sepatu ya ? "
bapakku  : " Oh anak kecil yang hitam itu tah ? Bukan. Itu bukan siapa-siapanya kakek itu. Dia cuman dititipin di kakek itu aja sama orang tuanya kalau dia lagi kerja. "
aku  : " (sedikit kaget ternyata aku selama ini sotoy banget)" Kerja ? Kerja maksudnya apa ? "
bapakku : " Ya anak itu kan penjual koran. Kamu liat kan koran-koran yang dijemur kayak jemuran di depan warung 'tittt'. Itu jualannya dia. "
aku : " Lha ? Kok nggak sekolah sih anaknya ? Padahal juga masih kecil. Ortunya mana sih ? "
bapakku : " Yaah... namanya juga orang susah dek. Jangan dikira semua orang bisa sekolah dengan mudahnya. "
aku : " Iya deh. Maap. Oyaa, biasanya juga aku liat anaknya gendong anak kecil gitu. Itu siapanya ? Adiknya ya, pak ? "
bapakku : " Menurut loe ? " hehehe....nggak ding, bapakku gak mungkin jawab gitu. ralat : " Yaiya itu adiknya. Haduh nggak tega bapak kalau udah ketemu adiknya itu. Soalnya adiknya itu mesti nangis minta susu. Tapi kakaknya nggak bisa ngapa-ngapain. Jadi kakaknya cuman bisa gendong sambil pura-pura nyuekin tangisan adiknya sampai orang tua mereka jemput mereka. "
aku : " Lho kok gitu sih ? Ortunya kemanaa sih sebenernya ? Seenaknya aja..."
bapakku : " Mereka juga kerja dong, dek. Gak mungkin mereka gak sayang sama anak mereka. Tapi demi sesuap nasi, mereka harus ngerelain anak mereka buat kerja juga biar bisa memenuhi kebutuhan. "
aku : " Ohhh gitu..(manggut-manggut) "
bapakku : " Makanya kamu itu harus bersyukur dapet keluarga yang sederhana. Walau kita nggak punya mobil, walau kita nggak pernah jalan-jalan ke luar negri, walau apapun benda mewah yang kita miliki nggak bisa kita beli. Kita harus tetep bersyukur. Karena kamu bisa sekolah, bisa makan, nggak harus kerja, dan yang penting kamu masih bisa tersenyum. "

saat bapakku ngomong gitu. entah kenapa aku jadi pingin nangis. aku tuh sebenernya terlalu egois karena jarang banget bersyukur secara "ikhlas". kalau berdoa sambil bilang, " Aku bersyukur atas segala berkat-Mu hari ini. ", sebenernya aku munafik. karena aku hanya mengucapkan "kalimat" itu dengan hapalan bukan secara spontan. biasanya aku mengucapkan itu karena itu wajib diucapkan. bukan karena aku ingin untuk bersyukur.

paling-paling aku bersyukur yang benar-benar bersyukur saat aku dapet apa yang aku ingini. baru deh itu aku bersyukurnya ikhlas banget. aneh ya ? pada saat ada hal sedih menimpaku, aku tetep bilang bersyukur tapi itu cuman di mulut gak pake hati. sungguh ironi...

melihat perjuangan hidup anak tadi. sudah sepantasnya aku sangat sangat bersyukur. juga kalian, guys... sejelek-jeleknya kehidupan kalian, ingat... masih ada yang hidupnya 'lebih' parah dari kalian. bahkan mungkin bisa dikatakan kehidupan yang "tidak layak". tapi aku yakin Tuhan udah menyiapkan segala yang indaah pada waktu-Nya. kayak pelangi : kita harus merasakan sakitnya ditetesi hujan dari langit sebelum kita bisa melihat indahnya pelangi. aku yakin Tuhan nggak bakal meninggalkan ciptaanya begitu saja. Ia pasti akan selalu menyertai ciptaan-Nya, sampai ciptaan-Nya itu bisa tersenyum saat mata mereka tak bisa terbuka lagi.

jadi menurutmu, Bersyukur itu.... ?

sekian,
AWA

2 comments: