Cerita yang Benar-benar Pendek

" Tetaplah bersamaku
Jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia"

Pagi yang hangat untuk hari yang paling dibenci.
Mau tidak mau, aku harus mengingkari janji sehidup sematiku bersama kasur dan perangkatnya.

Hari pertama memang tidak lebih baik dari ulangan dibawah KKM.

Untung saja, sarapan hari ini cukup menyenangkan. Paling tidak, aku sudah punya hal yang menyenangkan tentang hari ini sebelum hari ini berakhir.

Aku berangkat.

Bukan destinasi yang ditunggu-tunggu selain hanya ingin bersua dengan teman-teman senasib di kelas atau sekedar menanti jam kosong. Ya, sekolah.

Tentang hal membahagiakan lainnya tentang sekolah mungkin karena di dalamnya ada seseorang yang selalu mencuri mimpiku selama ini, mencuri isi doaku, mencuri pikiranku. Ya, dia. Siapa lagi?

"Selamat pagi"

Dia tersenyum seperti biasa. Menepuk bahuku perlahan. Dan segera berlalu menuju mejanya sendiri.

Erythrophobia. Ketakutan akan muka yang memerah karena sesuatu hal. Percayalah itu tidak menyenangkan dan aku melakukan kebodohan itu setiap hari setiap waktu.

***

Apa yang lebih buruk dari hari senin?

Bukan.

Bukan sarapan telur goreng dengan pinggiran terlalu garing.

Bukan juga karena tidak bisa buang hajat tepat waktu.

Ini lebih dari telur goreng dan buang hajat.

Ya.

Dia.

Dia adalah hal terburuk dan terindah yang pernah aku alami.

Masa terindah itu sayangnya sudah kulewati beberapa tahun belakangan ini.

Dan sampailah kita pada akhir cerita

Sadarlah, bahwa cerita tidak selalu happy ending

Dan hal yang lebih buruk dari telur goreng dan buang hajat adalah



Dia jatuh cinta pada manusia lain.
 
" Tetaplah bersamaku
Jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia"

Lagu romantis akan sangat terdengar menyedihkan saat kau sadar bahwa dia menyanyikannya untuk orang lain. Bukan untukmu.

*nb: no offense

2 comments:

  1. hmmmm :") tapi aku wes biasa gak buang hajat tepat waktu, jadi sakitnya tidak seberapa lagi :")

    ReplyDelete