Di Jam Segini

Lampu kamar sudah mati. Satu-satunya cahaya hanya berasal dari lampu teras luar yang memaksa masuk dari celah kain tirai jendela. Jam segini, waktunya ibu-ibu cicak berkumpul membicarakan anak tetangganya yang sering pulang malam, berisiknya tidak karuan.

Lalu aku mematung diatas kasurku. Mendengarkan lantunan kalimba orang yang merdunya bukan main. Entah kenapa kalimba itu selalu membuatku kembali ke masa lalu. Menyesal dan kecewa atas semua hal-hal yang tidak berhasil kulakukan. Berbahagia dan tertawa atas semua hal-hal konyol yang kalau dipikir sekarang, "Kenapa sih goblok banget dulu aku, ya Allah". Mengenang masa lalu tidak terlalu buruk jika dibandingkan dengan khawatir dengan masa depan.

Masa depan itu belum ada, tapi terus menerus menyita sebagian besar perhatianku. Merong-rong minta dipikirin, padahal wujudnya belum apa. Jadinya apa? Ya jadinya bayang-bayangin skenario jelek sendiri sambil merasa takut tanpa ada yang menyuruh. Sudah tahu kan manusia itu penulis kisah terhebat tentang masa depannya sendiri. Pun misal track recordnya 100% ketakutannya tidak pernah terbukti, ia akan tetap nyaman untuk menakut-nakuti dirinya sendiri mengenai masa depannya.

Lalu apa yang terlewat? Hari ini. Tiga puluh detik terakhir musik kalimba, aku baru memikirkan tentang hari ini. Bagaimana hari membosankan ini segera gelap. Hari ini seperti hari karantina biasa: tidur-tiduran sambil kembali menyetel ulang scene-scene terbaik Hospital Playlist, memasak bahan makanan yang sudah terkubur di kulkas 2 hari, melipat pakaian, menyapu lantai rumah, stalking doi, dan hal-hal sederhana lain yang rutin kulakukan.

Apa yang terlewat? Kita tidak tahu. Toh segala sesuatunya selalu tampak berharga setelah ia menghilang. Lima tahun lagi mungkin aku akan rindu melipat pakaian di rumah. Sepuluh tahun lagi mungkin doi sudah jadi suami orang. Lima belas tahun lagi mungkin sudah nggak bisa replay scene-scene drakor kesukaan.

Kemarin, besok, dan hari ini saling tumpang tindih di pikiran kita. Kita nggak bisa mengontrol apa yang mau kita pikirkan, mana yang enggak. Tapi ada hal baiknya kita menikmati apa yang ada hari ini saja, karena kemarin tidak akan lagi menyapa dan besok masih milik yang kuasa.

Cheers.
Selama tidur

No comments:

Post a Comment