Halte nomer 7 bermula dari rahim ibu
Dibangun diatas semua apa-apa yang ditanggap inderaku
Dihiasi senyum yang cepat berlalu
Berlanjut tangis yang seringnya tersedu-sedu
Bosan sudah bermain dengan perasaanku
Aku pergi tanpa pamit mengejar serdadu
Kutinggalkan halte nomer 7 dibelakang punggungku
Tanpa menoleh pada debu diujung pintu
Lalu ketika aku tak ada disitu
Datanglah harap yang kurindu
Meringkuklah ia disana menahan pilu
Menangis tersedu-sedu tanpa malu
Kata siapa aku tidak tahu
Aku tahu harap itu akan menujuku
Berkali-kali sudah ia mengunjungiku
Ini sudah kunjungannya yang keseribu
Kesembilan puluh sembilan itu
Sangat pilu dan sayu
Merobek setiap jiwaku yang rapuh
Juga mematahkan setiap bagian diriku
Maka kuputuskan untuk meninggalkan harap
Di halte nomer 7
Aprilia Widia Andini
19/08/2020 21.45 WIB
No comments:
Post a Comment