Kompetisi Gender

Lahir sebagai apapun gender yang dianugerahkan sama kamu, adalah hal yang seharusnya tidak perlu dijadikan perdebatan. Entah mengapa, dengan mudahnya bersosial media, orang-orang seolah tidak pernah habis topik untuk berdebat. Dari cara makan bubur pun bisa jadi perdebatan yang panjang dan runyam. Turunnya interest terhadap topik satu, mengakibatkan muncul topik lainnya yang seharusnya (lagi-lagi) tidak perlu didebatkan. Toh manusia memang unik; lahir, tumbuh, dan berkembang dengan ceritanya masing-masing, terus apa indikator kemenangan perdebatan ini? Tidak ada. Tapi satu hal yang harus digarisbawahi; makan bubur gak diaduk aneh sih. Haha, becanda.

Gerakan feminisme yang akhir-akhir ini terdengar gaungnya di dunia maya, membuat banyak perdebatan bermunculan. Hakikatnya gerakan ini sebenarnya sangat sangat harmless. Tidak dimaksudkan untuk menyerang suatu kelompok tertentu, apalagi menurunkan derajat mereka. Namun entah mengapa, gerakan ini banyak diplintir hingga muncul beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab yang malah bikin gerakan epic ini hilang keniscayaannya.

Sebagai orang yang bukan pakar dalam bidang apapun, yang hanya pengamat media sosial (artinya main hp terus sampai kadang dipukuli emak), aku berpengertian bahwa gerakan ini sebenarnya bisa mengubah tata cara bermasyarakat menjadi jauh lebih baik dan beradab. Gerakan ini (meskipun ada kata feminimnya) sebenarnya murni untuk memperjuangkan seluruh (iya seluruh bukan kelompok gender tertentu) untuk mencapai haknya sebagai manusia.

Contoh kasus: wanita nggak boleh jadi pemimpin. (Terlepas dari kepercayaan agama tertentu) hal ini tentu menghalangi cita-cita seorang wanita. Sedangkan, apa hubungannya tidak punya penis dengan jiwa kepimimpinan seorang makhluk?

Contoh kasus 2: cowok nggak boleh nangis, gak jantan. Kalau dia lihat AOT final season pas sasha mati, apa iya dia harus pura-pura kelilipan gajah? Tentu itu haknya karena setiap manusia punya perasaan dan perasaan itu nyata dan sering kali sulit dikontrol. Karena sejauh yang aku tahu di pelajaran biologi (khususnya di bab yang kusukai yaitu bab reproduksi) air mata tidak diproduksi di kelenjar mamae bukan? Lantas apa kaitannya laki-laki tidak boleh menangis?

Feminisme digaungkan sebagian besar oleh wanita karena fakta di lapangan memang banyak hak-hak perempuan yang telah direbut. Hal ini berkaitan dengan pemikiran masyarakat yang masih konvensional yang membatasi ruang gerak wanita di 3M; manak, macak, masak. Sejujurnya, memang gerakan ini tidak mudah dilakukan, ditambah lagi muncul oknum-oknum yang malah mendiskreditkan gender lain, sehingga perhatian masyarakat terhadap gerakan mulia ini jadi hilang. Padahal gerakan ini, hanya ingin memperkuat hak setiap makhluk hidup untuk secara maksimal mengeluarkan potensi mereka untuk menjadi bermanfaat.

Pembahasan mengenai feminisme memang akan terus digulirkan. Topiknya akan menyabang kemana-mana selagi ada ketidakadilan yang masih tercipta di bumi ini. Toh hidup sebenarnya "mung mampir ngombe" (hanya mampir minum), tidak ada hal yang perlu dikompetisikan dan dimenangkan selain menjadi manfaat untuk mendukung hal-hal baik dan mulia seperti ini.

Hari ini adalah Hari Perempuan. 10 dari 10 teman perempuan yang kukenal menyatakan tidak ingin mempunyai anak perempuan. Alasan beragam, dari anak perempuan sulit untuk dijaga nama baiknya hingga tahu betapa sulitnya hidup sebagai seorang perempuan dimanapun berada. Harapanku hanya sesederhana; 0 dari 10 teman perempuan yang kukenal menyatakan ingin sekali mempunyai anak perempuan maupun laki-laki, karena sebenarnya hidup ini indah dan untuk dinikmati.

Selamat Hari Perempuan
Dari seorang perempuan

Aprilia Widia Andini

1 comment:

  1. Aku malah gak kepikiran punya anak perempuan atau laki-laki. Tapi kayaknya seru punya anak perempuan. Tapi laki-laki juga gapapa, challenging soalnya gak punya saudara cowok hehehe

    ReplyDelete