-
Di usia segini, cinta jadi urusan yang njelimetnya minta ampun. Tekanan dari berbagai pihak (termasuk diri sendiri) salah satu penyebab kenapa cinta itu jadi sulit banget untuk dijalani (dan dicari). Kadang kita merasa nggak apa-apa ngeliat temen sebaya kita instastory tentang pernikahan mereka/tunangan mereka, tapi nyatanya sedikit banyak hal itu ngefek banget ke pemikiran kita malam hari itu.
Saya tipe orang yang gak ambil pusing terkait waktu menikah. Mau jodohnya datang 10 tahun lagi, 5 tahun lagi, atau gak datang, saya rasa gak masalah. Toh saya selama ini berusaha menyamankan diri dengan diri sendiri. Kemana-mana sendiri dan merasa fine-fine aja. Namun yang paling gak bisa dipungkiri dan gak bisa disembunyikan adalah saya akan bertemu fase-fase terendah dalam hidup saya dimana saya perlu mental support dari orang yang saya sayangi. Cuman sekedar untuk bilang, "Ya saya disini buat kamu. Kamu gak perlu khawatir karena saya sayang banget sama kamu, maka saya akan bantu kamu sebisa saya". Ya mental support yang terdegar cheesy dan menggelikan untuk sebagian orang itu emang kadang diperlukan. Sangat diperlukan. Kita gak bisa bohong.
--
Bekerja di dalam proyek berskala nasional, saya jadi bertemu sama tim kontraktor yang isinya bapak-bapak beristri dan beranak. Karna enak main proyek, mereka kebanyakan telat menikah. Di usia yang sudah menginjak kepala 4 hampir 5, anak-anak mereka kebanyakan masih SD ada juga yang baru lahir. Tim bapak-bapak beranak ini sering kali ngasih wejangan ke tim-bujangan-yang-masih-dibawah-30-tahun ini untuk menyegerakan menikah. Bukan, mereka gak ngasih omong kosong kayak, "Iya biar ngewenya halal" atau "Biar ada yang mijeti kalau capek pulang kerja", tapi mereka lebih mengarahkan ke jangan sampai terlena keenakan cari duit sampai lupa buat cari partner seumur hidup. Lalu mengarah ke kasihan kalau udah tua baru punya anak, kasihan anaknya bapaknya udah bangkotan sedang mereka masih belum bisa cari duit sendiri. Semua cerita-cerita logis yang bikin mikir lagi, "Oh iya ya kayaknya perlu mengarahkan hati ke hal-hal yang lebih serius.". Lalu ketika saya menampik semua opini mereka dengan, "I'm single and very happy" saya langsung dismash dengan kalimat, "Ada satu titik dimana kita perlu orang lain. Orang yang bener-bener deket. Bisa meluk, bisa tidur sambil meluk, bisa tidur aja. Pasti ada. Gak mungkin enggak. Trus kalau gak mau cari orang itu, gimana caranya bertahan?" Jeger, tepat itu yang saya rasakan selama ini. Oke bapak-bapak beranak, saya akan serius cari calon menantu buat orang tua saya.
Tapi nyatanya nyari cinta dan jodoh itu gak segampang itu. Mungkin kita udah berusaha semaksimal mungkin, tapi emang bukan jalannya untuk bersatu. Kadang merasa disia-siakan, kadang merasa gak layak, lalu karena terlalu lama tidak ada yang tertarik dengan kita, kita jadi punya pikiran, "Ah emang gini kali jalannya. Aku emang gak layak untuk dicintai.". Padahal namanya proses, semua butuh waktu dan gak bisa semaunya sendiri untuk jadi. Padahal kalo dijalani dengan niat baik, harusnya hasilnya pun baik.
Namun emang di umur segini cari yang serius tuh sulitnya minta ampun. Banyak teman yang sedang dalam posisi PDKT merasa si calon pasangan ini maju-mundur-gak-jelas-maunya-apa. Lho kok sama dengan saya? Setelah saya telaah lagi, ternyata saya pun ikut main di konsep maju-mundur-gak-jelas-maunya-apa. Mungkin karena sama-sama berusia seperempat abad, kita jadi gitu. Ngikutin mood. Mau deket ya deketin, mau jauh ya jauhin, gakmau menjelaskan hubungan karena nanti jadi terikat dan gamau merusak suasana aja. Main aman istilahnya. Jadinya dibilang deket ya deket, tapi dibilang pacar juga bukan. Omongan serius kesana ada, tapi kadang cuman angin lalu. Ribetnya udah kayak nyiapin lahiran.
Belum lagi cerita tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, bertepuk sebelah kanan, bertepuk sebelah kiri, maupun bertepuk tangan sendiri. Lain lagi. Mental udah digeprek, eh perasaan juga ikut babak belur dihajar orang sekampung. Capeknya luar biasa nggak ngerti lagi harus gimana. Capek fisik okelah, bisa ditidurin, kalau capek hati tuh mau tidur 1000 abad juga gak akan kelar urusan. Yha
---
Lalu?
Ya kemudian tentukan kemana kamu akan pergi. Hidup ini milikmu dan kamu yang harus tentuin, kamu yang harus jalani, dan kamu yang harus terima resikonya.
Tapi
Etdah gausah banyakan mikir. Jalani aja yang sekarang, mikir masa depan tuh ribet brow. Que sera sera ajalah pokoknya. The future not ours to see.
Aprilia Widia Andini
No comments:
Post a Comment