Patah Hati Terhebat

Selama 24 tahun hidup, baru ini saya mengalami kejadian patah hati yang paling hebat. Tiap hari menangis, tiap hari merenung, tiap hari kembali ke kejadian masa lalu yang indah dan tiap hari pula menyesali semua keputusan-keputusan bodoh di masa lalu. Saya juga nggak tahu kenapa, saya sampai bisa berada di posisi serendah ini.

Kejadian demi kejadian datang. Nonjokin muka saya, membuat saya babak belur dalam ketidakberdayaan. Awalnya saya merasa kuat dan merasa bisa. Namun lambat laun, kaki saya lelah, hati saya lupa caranya berpura-pura hingga akhirnya saya membangkai di pinggir jalan. Saya tidak tahu siapa yang harus saya salahkan? Tuhan? Tidak, saya tidak seberani itu. Dia? Mereka? Mungkin, tapi tidak membuat perasaan saya lega. Saya sendiri? Ya, itu lawan yang paling mudah. 

Entah mengapa, saya suka berantem dengan diri saya sendiri. Saya suka nyalahin apa yang udah saya lakukan di masa lampau. Meski rasanya menyedihkan, tapi percayalah, memarahi diri sendiri adalah hal terbodoh tapi gampang dan mudah dilakuin. Ya, saya sekarang sedang jadi pengecut. Tidak apa-apa, saya tidak punya jalan lain untuk merasa baik-baik saja.

Tidak pernah merasa sesakit ini sama yang namanya perasaan. Biasanya, yaudah, nangis gitu aja, lalu pergi ninggalin dengan langkah tegap. Sedangkan ini, mau dinangisin, mau didoain, mau diapa-apain, tetep aja sebilah pisau itu tak akan pergi di hati.

Entah sampai kapan, saya berharapnya nggak lama. Karena kadang dada saya panas sekali dan saya sulit mencari oksigen, padahal oksigen itu ada dimana-mana. Saya tahu ini semua akan berlalu. Tapi kok rasanya sakit sekali. Sampai kadang bingung, masa sih semua ini masih di batas kekuatan saya? Rasanya kok melebihi kekuatan yang saya punya.

Tiap harinya saya bangun dengan rasa yang luar biasa berat. Saya mengais-ngais mencari cara agar saya bisa segera lepas dari rasa sakit ini. Agar badai ini cepat berlalu. Agar bisa tidur kembali dengan tenangnya.

Lalu dari semua kejadian ini saya menyadari sesuatu. Saya selalu memberi cinta dengan sempurna sehingga patah hatinya bisa sesakit ini.

No comments:

Post a Comment