Let Me Breath For A Second

Kemarin siang tiba-tiba pingin nulis, lalu tanpa ide keluarlah review kehidupanku sebagai perempuan umur 25 tahun. Entah kenapa judulnya Will I See You In The Morning, bener-bener ngawur aja gitu hehe.

Ya, aku kemarin-kemarin sedang dekat sama orang. Mungkin karna aku jarang sedekat itu, jadinya aku gampang mengambil kesimpulan tentang dia. Hubungan kami baik-baik aja, trendnya cenderung meningkat. Kebahagiaan masih menjadi topik yang mendominasi di dalam komunikasi jarak jauh kami. Lalu kemarin sorenya (setelah nulis post "Will I See You In The Morning"). bak disambar petir, tiba-tiba seseorang tak dikenal datang melalui social media dan ternyata adalah pasangan orang ini sejak lama. Ah. Kukira hanya mimpi karena aku sudah menetapkan hati; merasa sudah lelah untuk mencari lagi. Ternyata kenyataan pahit yang lagi-lagi harus aku telan karena ketidaksiapanku dalam menjalin hubungan. Ternyata dari postingan kemarin, aku benar-benar tidak bisa melihatnya di pagi hari berikutnya.

Dalam kehidupan ini aku tidak pernah berusaha menyakiti siapapun. Sebagaimanapun kondisi dan posisiku, aku selalu berusaha mementingkan orang lain di atas kepentinganku sendiri. Tentu meski menyayangkan waktu yang telah berlalu, aku memberanikan diri untuk minta maaf dan pamit dari hubungan yang ternyata isinya tiga orang ini. Ya, aku orang baru disana; masa iya aku menyuruh penghuni lama yang pergi? Dimana letak kesopananku sebagai orang Jawa terlebih orang Indonesia yang terkenal dengan kesantunannya?

Apakah aku sakit hati? Tentu. Sangat. Besar. Tidak terkira. Dia adalah pasangan ideal yang selalu menjadi pokok doaku sejak aku berada di bangku sekolah menengah. Selama berbelas tahun pencarian, finally I found him hehe. Aku juga merasa semua begitu mudah sampai curiga; "Apakah memang kalau jodohnya, bisa selancar ini ya?". Ternyata enggak juga, masih saja bukan dia yang disiapkan Tuhan. Mungkin saatnya aku memperbaiki diri dan fokus pada penyembuhan yang menjadi kewajibanku sendiri ini.

---

Aku mencari cara untuk menyembuhkan. Mencari cara agar tenggorokanku tidak tercekat saat tiba-tiba mengingat tentang dia. Ya, aku hanya suka menulis. Aku tidak pandai mengekspresikan rasa sakit dalam kehidupan keseharianku. Aku lebih suka mengekspresikannya dalam bentuk tulisan. Meskipun tidak lega sepenuhnya, aku harap itu menjadi peganganku untuk menjadi lebih kuat dan bertumpu pada kekuatanku sendiri ke depannya.

Lalu aku mencari cara penyembuhan melalui tulisan di pinterest dan menemukan ini


Ah sungguh menarik untuk dicoba; aku akan mencoba menulis 1 topik sehari. Tidak berharap hal besar dari ini tapi aku harap aku bisa terus menulis untuk menumpahkan apa yang aku pikir dan rasakan. Aku harap aku dapat sembuh dengan caraku sendiri. Aku harap semua orang sehat dan berbahagia sepanjang hidupnya.

Aprilia Widia Andini

No comments:

Post a Comment