Ets - Part 1

Days 1
“ Hai, namaku Etsnia Anggunita Erinska... “

Days 7
Ya, aku sudah memantapkan hati. Aku yakin benar-benar suka pada Ets. Gadis yang memiliki senyum terindah itu. Entah kenapa dia terasa spesial karena sering membuat jantungku berdegup tidak karuan saat ia berada di sampingku. Dan yang lebih gilanya, aku sampai tidak bisa tidur semalaman hanya demi membayangkan wajahnya. Ya, aku sudah gila. Gila oleh Ets.
Dalam seminggu saja, aku sudah tergila-gila begini kepadanya. Bagaimana nasibku selanjutnya ? Sebulan lagi ? Mungkin aku sudah depresi dibuatnya. Lalu setahun lagi ? Mungkin aku sudah mati. Atau itu memang khayalanku yang berlebihan. Sungguh aku tidak ingin mati karena cinta. Hal yang konyol.
Masalah yang lain adalah Ets sudah punya Erik. Mereka sama-sama berawalan E dan kata pamanku yang sok jago cinta itu, pasangan yang memiliki huruf sama di awal nama mereka adalah pasangan yang harmonis. Cih... sejak kapan cinta punya teori ? Dasar paman ! Aku tau dia hanya memanas-manasiku saja.
Ini seperti segitiga. Aku, Ets, dan Erik. Masalahnya Ets dan Erik sudah saling mencintai. Jadi, lupakan segitiga itu. Ini seperti sebuah garis dimana Ets dan Erik bersatu dan aku ? Aku penonton saja. Aku cukup menjadi pengagum rahasianya Ets.

Days 10
Mataku benar-benar panas ! Oh mungkin yang lebih panas adalah hatiku ! Perasaanku. Melihat Ets dan Erik saling merangkul dan bercengkrama membuat moodku langsung jatuh ke dasar bumi yang paling dalam. Membuatku hanya bisa berdiam diri dan sesekali memandang mereka dengan ekor mataku. Sebenarnya aku tidak mau mengakuinya, tapi aku harus mengakuinya bahwa Ets dan Erik cocok.
Ets cantik dan Erik... hm, aku tidak mau memuji sainganku sendiri, walau sebenarnya dia bukan sainganku, aku sudah kalah sejak awal. Mungkin jika mereka menikah, anak mereka akan menjadi orang tercantik/tertampan di dunia. Membayangkan mereka menikah, membuat ususku terasa melilit. Yeah loser is loser.

Days 30
Sudah sebulan. Dan seperti yang diperkirakan, aku benar-benar depresi gara-gara Ets ! Bagaimana bisa dia merasuki seluruh pikiran dan hatiku ? Bagaimana bisa ? Padahal badannya tidak muat masuk celah manapun di tubuhku. Dia... magis.
Sebulan ini hanya aku habiskan dengan memandang dan memandang. Tak sekalipun ada niat dariku untuk mendekati Ets. Bagiku seorang secret admirer itu lebih menyenangkan, karena tak akan pernah ditolak. Tapi sebenarnya hal yang belum aku tahu adalah seorang secret admirer akan selamanya menjadi penonton dan korban perasaan. Sakit ? Sungguh sakit.
Sebenarnya besok dia ulang tahun. Aku melirik sebentar ke arah laci mejaku. Benda itu masih disana. Terbungkus kertas biru, warna kesukaannya. Isinya hanya sebuah jepit rambut berbentuk teddy yang sangat ia sukai. Beberapa kali aku melihatnya, ia selalu memakai aksesoris lucu-lucu, maka aku memutuskan untuk membelikannya jepit teddy ini. Meski aku tidak tahu, bagaimana kado ini bisa sampai di tangannya tanpa mengundang tonjokan dari Erik ?

Days 31
Seluruh kelas mengerjainya hari ini. Tapi lagi-lagi aku hanya menonton. Mungkin memang aku ditakdirkan menjadi seorang penonton, tidak lebih. Hari ini pula wajah Ets terasa berbeda, entah apa, aku tidak tahu. Yang pasti dia beda...
Erik maju ke depan kelas, memeluk pinggang Ets dan mencium keningnya. Adegan itu membuat seluruh kelas bersorak dan membuat perutku terasa mual. Ets hanya tersenyum kaku saat seluruh kelas menyorakinya. Benar kan ? Dia beda hari ini... Entah kenapa senyumnya hari ini tidak seceria biasanya.
Oh ya, tentang kado itu. Kado itu sudah sampai dengan selamat di laci meja Ets. Ini semua ide pamanku yang sok jago cinta itu. Dia juga menyuruhku untuk membubuhkan sebuah tanda bibir setelah memberi lipstick di bibirku. Aku segera menolaknya dan menyuruhnya untuk pergi.

Days 35
Itu tempat sampah ya ? Bagaimana bisa..... ?
Aku memungut sebuah kotak mungil yang sangat ku kenal. Berlapiskan kertas biru. Itu kadoku untuk Ets. Bungkusannya masih rapi dan terlihat bahwa benda ini tidak disentuh sama sekali. Melihat kado itu teronggok bersama sampah lain membuat hatiku hancur. Lebih parah dari hancur berkeping-keping. Bagaimana bisa kado hasil keringatku berputar-putar di mall sendirian selama 2 jam bisa berakhir di tempat yang disebut sampah ? Ini sebuah penghinaan ! Aku ingin marah ! Tapi aku tidak bisa saat aku membayangkan senyum Ets. Senyum itu selalu membuatku buta !
Dengan cepat aku memasukkan kado itu ke tas saat mendengar bunyi gemrincing yang khas dari tas Ets. Dia berjalan lunglai ke arahku, ehm, tepatnya ke arah kelas. Tangannya dilipat di depan dada dan jaketnya yang terasa tebal itu serasa menenggelamkan tubuhnya yang mungil.
Semakin hari kulihat Ets semakin aneh. Senyumnya tak sesering dan tak sebahagia dulu. Apa ini gara-gara Erik ? Tapi kurasa hubungan Ets dan Erik baik-baik saja. Kemarin kulihat, Ets dan Erik berjalan beriringan di lapangan basket. Atau aku salah lihat ya ? Entahlah.
“ Pa...pagi, Ets. “ aku mencoba peruntunganku. Ini kali pertama aku berbicara padanya. Mumpung Erik belum datang.
Ets mendongakkan kepalanya dan berusaha memaksakan senyuman, “Pagi... Uhm. “ Ia menghela nafas sebentar di depanku. Tangannya mengarah ke samping badan. Dengan tiba-tiba ia terhuyung seperti orang mabuk. Spontan aku menangkap tubuhnya yang mungil itu. Yang kurasa... badannya hangat dan ia tampak begitu lemah.
Help. “ seruku pelan saat aku lihat matanya benar-benar terpejam dan tubuhnya semakin terasa berat. Tak sengaja tanganku menyentuh wajahnya... ini bukan hangat, ini panas ! “ Tolooong ! “ aku berteriak tanpa ampun.
Saat itu Erik datang, ia belum menyadari yang terjadi. Saat ia melihat jaket yang sangat dikenalnya, ia segera berlari ke arahku dan Ets. Wajahnya tampak sangat khawatir. Ia lalu melepaskan tasnya dan mengambil alih Ets dari tanganku. Dengan sigap, ia menggendong Ets di punggungnya dan segera berlari ke arah UKS.
Lagi-lagi dan akan selalu begini. Aku hanya penonton. Entah apa jadinya Ets kalau Erik tidak datang. Takdir memang yang paling benar dan sempurna merancang kisah ini.

Days 43
Seminggu lebih ini aku tidak melihat senyum Ets. Dia sakit hingga harus dirawat di rumah sakit. Katanya sih sakit demam berdarah, makanya waktu itu ia terasa begitu hangat. Dan selama seminggu ini, pikiranku mulai tidak fokus. Sering kali aku merasa pening saat aku melihat bangku itu kosong. Padahal biasanya aku mendapatkan senyuman di bangku itu.

Days 45
Sudah... Lega... Ia sudah kembali. Wajahnya tampak seperti dulu, ia tampak segar kembali. Tapi tetap saja aku merasa ia sudah berbeda dari waktu lalu. Apa yang beda ? Sampai saat ini aku belum menemukannya.

Days 50
Aneh... dia tidak mengenakkan seragam olahraganya. Dia hanya terduduk di pinggir lapangan dengan membawa sebotol air mineral untuk Erik. Senyumnya juga tak indah lagi, entah kenapa. Dan setelah semua kejadian ini, aku yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.

to be continue... Ets-Part 2

No comments:

Post a Comment