Hopeless?

Per-cu-ma

Jika seseorang hanya bisa mengatakannya di mulutnya, saat apa yang ia katakan hanya seperti uap air yang tidak terlihat. Tidak ada yang butuh dibegitukan. Tidak ada yang akan nyaman jika diperlakukan demikian. Mungkin seseorang itu tidak sadar walau sudah banyak yang memberitahu. Bagaimana bisa sadar? Kalau telinganya saja disumbat oleh keegoisannya sendiri.

Per-cu-ma


Sia-sia selama ini menunggu. Memang dasarnya menunggu itu membosankan. Apalagi menunggu yang tidak pasti. Tambah lagi, penunggu tidak tahu apa yang ia tunggu. Pokoknya hanya tunggu dan tunggu. Katanya sih itu kodrat. Haha, tidak ada yang tahu apa yang Tuhan inginkan, sayang. Jangan terus berangan-angan dan menentukkan semuanya sendiri atau bersama otakmu saja.

Per-cu-ma

Apa yang kita dapat, akan kita kembalikan. Siapapun yang bertemu, akan dipisahkan. Nasi yang sudah lama ditunggu untuk nanak, esoknya sudah basi. Sepatu yang belinya hasil keringat dan kerja keras toh lama-lama solnya tipis dan akhirnya dibuang. Rumput yang dipotong demi keindahan, nantinya juga akan jelek karena ia terus tumbuh. Untuk apa tidur, kalau nantinya juga bangun?

Per-cu-ma

Orang yang benar-benar kita sayang. Orang yang kita andalkan. Bahkan orang yang kita cintai, kapanpun bisa pergi meninggalkan kita. Apa yang kita sayang, biasanya pergi lebih cepat. Satu-satunya alasan, mengapa aku takut menyayangi. Hanya karena aku takut kehilangan terlalu cepat. Tapi takut pun sepertinya basi, semua juga akan menghilang. Apa bisa terus bersama? Bagaimana dengan kematian? Kau datang dan pergi seorang diri, begitulah kehidupan.

Ha-ra-pan

Ada satu yang tidak berubah saat yang lain berubah. Ada satu yang masih mencintai saat yang lain membenci. Ada satu yang masih ada saat yang lain pergi meninggalkan. Ada. Tuhan.

Aprilia Widia Andini

No comments:

Post a Comment