Bersama. Mungkin satu hal itu yang secara tidak sadar, merasuki kehidupan kami. Kami saling menguatkan satu sama lain. Mengisi kekosongan satu sama lain. Melebihkan apa yang kurang dari pribadi kami masing-masing dan menerima apa yang menjadi keterbatasan kami masing-masing.
Kami punya cerita saat kami bersama. Terlepas dari kebersamaan itu, secara pribadi, banyak cerita yang kami alami. Semua hal menyenangkan itu seakan menutup semua luka di dalam hati kami masing-masing. Luka yang digoreskan oleh sebuah realita yang dinamakan kehidupan.
Terlalu Banyak Pilihan - Yenna
Sering kali dalam kehidupan, manusia tidak diberi pilihan. Mereka harus terus berjalan tanpa merengek minta segala sesuatunya berjalan sesuai dengan yang mereka inginkan. Karena terlalu sedikitnya pilihan yang mereka punya, sering kali manusia berkata, "Terserah" seakan tidak mau bertanggung jawab atas jawabannya sendiri.
Di dalam kehidupanku, aku sering kali di hadapkan oleh banyak pilihan yang memaksaku memilih salah satu atau tidak memilih sama sekali. Aturannya tetap sama, resiko ditanggung sendiri. Sepertinya bakal mudah kalau itu hanya menyangkut barang, makanan, pakaian, atau benda-benda fana lainnya. Sayangnya, aku terus menerus dihadapkan oleh banyak pilihan yang menyangkut hati. Salah gerak sedikit, sakitnya luar biasa.
Untung saja aku mempunyai mereka dalam kehidupanku. Ilya, Bitta, Chessa, Diandra, Ranti, dan Lena yang selalu ada untukku dan akan selalu ada untukku. Meskipun sering kali mereka membuatku malu karena tingkahnya yang diluar batas normal. Tapi aku senang. Bukan hanya karena mereka bisa membuatku tertawa sampai menitikkan air mata, tapi juga karena mereka mengisi hidupku.
Aku meneguk kafein dingin yang kupesan sore itu disebuah café. Pesan singkat dari Chessa yang mengumpulkan kami di tempat ini. Kami semua menatap Chessa dengan perasaan iba. Apakah benar menunggu bisa sampai sesakit itu? Tanyaku dalam hati sambal menatap mata Chessa dalam-dalam.
Aku sadar selama ini bahwa aku tidak pernah mencintai seseorang begitu dalam. Aku tidak pernah berjuang untuk orang yang aku cintai. Bagaimana aku bisa berjuang jika aku saja belum paham betul itu cinta atau hanya main-main saja?
Mereka bilang aku cantik dan laki-laki suka wanita yang cantik. Mungkin karena itu, sudah tidak terhitung jumlah laki-laki yang mencoba mendekatiku. Aku terima mereka yang menurutku pantas mendapatkanku walau akhirnya dalam hitungan hari, mereka segera meninggalkanku. Entah apa alasan mereka tiba-tiba pergi dari hidupku. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu.
Sebenarnya, aku hanya ingin tahu rasanya dicintai, bukan sekedar dikagumi. Terlalu banyak pilihan di hadapanku sehingga aku disibukkan oleh memilih dan bukan menilai. Terlalu sibuk membanding-bandingkan mana yang lebih baik sehingga aku tidak punya waktu untuk diriku sendiri memilih mana yang benar-benar aku cintai.
to be continued....... Possesif - Ranti
No comments:
Post a Comment