Masalahnya begini, kalau kemiskinan bisa diatasi dengan pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang layak, lingkungan yang mumpuni, nah kalau mlarat agama gak bisa diatasi dengan apapun yang sudah aku sebutkan diatas. Buktinya semua pelaku isu agama ini terkenal dari golongan tenaga didik, dari golongan mampu, dari golongan yang latar belakangnya baik. Hmm ck ck hmm. Jadi sebenarnya memang tidak ada solusi terkait ini kecuali memang iman masing-masing orang.
Tapi, mengukur iman ya siapa juga yang bisa. Hanya Tuhan. Menurutku ukuran iman yang selama ini dipakai manusia untuk mengukur iman orang lain hanyalah ukuran fana yang didalamnya terkandung banyak sekali subjektifitas. Hei, Tuhan itu mutlak lho, kok bisa-bisanya ada ukuran yang tidak pasti begitu. Makanya kalau memang tidak bisa menyamai Tuhan, jangan sekali-kali jadi Dia dengan merasa berhak menghakimi orang lain.
Aku tumbuh di lingkungan yang heterogen. Dari kecil, aku nggak pernah merasa aku ini minoritas. Kenapa? Ya anak kecil mana bisa lihat data-data penduduk yang menunjukkan jumlah pemeluk agama A sekian, B sekian, C sekian. Aku hanya merasa dari orang-orang sekitarku yang memperlakukanku tidak berbeda dengan yang lain. Ayolah, maksudku apalagi sih yang kamu cari selain kedamaian di bumi ini dengan hidup rukun dengan orang lain. Percayalah, itu indah banget!
Kalau aku pribadi, aku tidak suka jika takaran sebuah agama benar atau tidak hanya berdasarkan ilmu surga dan neraka. Aku melakukan ini karena jika aku melakukannya aku masuk surga, aku tidak melakukan ini karena aku akan masuk neraka jika melakukannya. Stop stop! Ajaran agama tidak melulu soal itu bro. Menurutku nih ya (gaktau kalau menurut orang lain) agama diperlukan manusia agar manusia tetap waras, tetap dalam akal pikirannya yang jernih. Konsepku ini beberapa waktu terakhir benar-benar dibantai oleh sekelompok oknum. Bagaimana tidak? Bisa-bisanya mereka mengatasnamanakan agama untuk seenaknya berbuat yang tidak waras?
Sungguh, aku berterima kasih selama ini kepada teman-temanku yang tidak satu keyakinan denganku karena sampai detik ini, mereka memperlakukanku sungguh baik. Bahkan satu hal sederhana yang membuat ku begitu damai adalah,
"Li, doakan aku ya. Aku mau lulus tepat waktu." ujar temanku yang tidak satu keyakinan denganku, tapi begitu yakin untuk minta didoakan dengan keyakinanku.Sesederhana itu untuk hidup damai. Apakah tidak cukup?
***
No comments:
Post a Comment