Menjadi Baik Menjadikanmu Tidak Baik

Selama 20 tahun hidup di dunia yang indah ini, banyak sekali peristiwa yang memang harus terjadi. Kenapa memang harus terjadi? Jawabannya simple, pembelajaran. Hidup adalah proses, dari sepanjang proses itulah kita belajar. Tentunya belajar untuk menjadi baik dalam segala aspek.

Permasalahannya adalah bagaimana kita tahu hal itu adalah hal baik atau buruk? Takaran siapa yang harus kita ukurkan kepada sesuatu hal sehingga hal itu menjadi baik dan hal ini menjadi buruk? Untungnya, manusia dianugerahi akal sehat dan nurani sehingga setiap insan dapat dikatakan dapat menakar mana yang baik dan mana yang buruk. Sayangnya takaran yang ditetapkan oleh setiap insan bisa jadi berbeda-beda. Bisa jadi aku menambahkan 2 sendok gula sudah membuat tehku manis, tapi orang lain harus menambahkan 5 sendok gula baru ia mengatakan itu manis.

Satu hal yang kumengerti dari proses belajar ini adalah kadang menjadi orang baik, menjadikanmu jahat. Contohnya adalah begini: Aku menyumbang uang yang banyak ketika ada bencana alam yang terjadi, bisa dikatakan aku menyumbang 2/3 uang jatahku seminggu. Aku mengikhlaskan diri untuk memakan makanan yang sederhana demi aku membantu saudaraku yang sedang terkena bencana. Namun aku melihat temanku, dia lebih berada dibandingku dan tidak menyumbang sepeserpun untuk bencana itu. Tentunya aku jengkel, bagaimana bisa dia sepelit itu untuk menyumbang? Sedangkan aku, kurela-relakan tidak makan enak demi menyumbang uang.

Tentu ketika aku melihat dari sudut pandangku, aku melihat bahwa aku adalah anak yang baik sedangkan temanku adalah yang jahat. Bisa jadi seperti itu. Tapi. Bisa jadi tidak. Ukuran baik apa yang sebenarnya aku takarkan ke dia? Bukankah semuanya itu adalah takaran menurut ukuranku sendiri? Bisa jadi dia menakar kebaikan itu berbeda. Mungkin dia tidak menyumbang tapi bulan depan dia datang langsung kesana untuk menjadi volunteer. See? Kadang aku berharap kebaikan yang sengaja aku lakukan tidak membuatku merasa lebih baik dari orang lain.

Aku tahu akar dari semuanya itu adalah sebuah kebiasaan. Kita terbiasa membandingkan hidup kita dengan orang lain dari berbagai aspek. Aku lebih cantik dari dia. Aku kurang pintar bila dibanding dengan dia. Aku lebih kaya dari dia. Dan lebih-kurang lainnya yang selalu muncul di pikiran kita. Tentu terkadang hal-hal demikian bisa jadi motivasi untuk kita agar dapat sejajar atau bahkan melebihi dia. Tapi yang ingin aku tekankan disini adalah
Hidup bukanlah kompetisi
 Jika ada 1.891.913.381.813 orang di dunia maka ada 1.891.913.381.813 jalan hidup yang berbeda. Tidak akan ada yang sama satu dengan yang lainnya. So stop! Stop comparing yourself with others. Kalau kamu menganggap itu baik, janganlah kamu menakarkan ukuranmu kepada orang lain. Tentu setiap orang sudah dikaruniai nurani untuk menakarnya sesuai dengan kehidupannya yang dijalani masing-masing.

***

No comments:

Post a Comment