Alasan Pulang

Jarak merantau yang tidak terlalu jauh membuatku sering kali pulang ke rumah. Memang tidak sesering seperti seminggu sekali, tapi hitungannya seringlah kalau dilihat dari identitasku yang adalah seorang perantau.

Merantau memang menjadi pilihanku sejak awal. Aku suka tantangan baru. Dan ternyata benar, aku selalu asyik dengan diriku sendiri. Namun sering kali keasyikan ini berubah jadi sendu. Tatkala ketika masalah di kampus datang dan menekan pundakku, tidak ada orang di rumah yang bahunya bisa aku basahi dengan air mataku atau orang yang bisa kupeluk kencang seakan masalah itu bisa menyublim ke udara. Sungguh, itu perasaan yang menyakitkan.

Merantau juga sering kali menyadarkanku bahwa hidup jauh dari orang yang menyayangimu itu sulit. Aku tau teman-temanku disini menyayangiku tapi bukan rasa sayang yang sama yang bisa diberikan orang yang ingin kau selalu baik-baik saja entah dari sisi fisik maupun mental. Perasaan itu membuatku, "ah... lebih baik aku pulang"

Meskipun pulang tidak membuat tugas dan tanggung jawabmu selesai, tapi itu mengobati batinmu yang sudah banyak tergores. Kasur dan bau rumah yang khas, membuatmu merasa bahwa sejatuh apapun kamu, masih ada rasa aman yang diberikan dunia ini, masih ada tempat untuk memulai segala sesuatunya kembali.

Suatu waktu, aku pernah tidak pulang padahal tidak ada tugas yang harus diselesaikan di kampus. Aku berharap bisa menghabiskan waktu bersama teman-temanku disini. Tapi yang kudapatkan hanyalah kesendirian. Seharian aku habiskan waktu di kamar kos sambil menunggu orang yang akan mengajakmu keluar untuk berjalan-jalan atau sekedar ngomongin orang lain. Dalam waktu lebih dari 24 jam, aku benar-benar tidak beranjak dari kosku, bahkan hanya makan indomie satu bungkus di siang hari. Esoknya ketika aku akan keluar kos, ibu kosku berkata padaku, "Lho lia. Ibu kira kamu pulang. Kok tidak ada suaranya dari kemarin.". Mendegar itu aku hanya bisa tersenyum dan melanjutkan aktivitasku.

Kejadian itu membuatku sadar bahwa disini tidak ada yang memprioritaskan keberadaanku. Tentu aku tidak menyalahkan siapapun. Pun aku sering kali tidak memprioritaskan keberadaan temanku sendiri. Namun hal inilah yang membuatku selalu berpikir bahwa tidak ada yang terbaik dari pulang. Meskipun dirumah sering kali tidak berkumpul bersama keluarga, namun hanya disinilah tempat hatiku berada.

No comments:

Post a Comment