Jaga Hati Orang Lain

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan interaksi sosial dengan orang, entah secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi adalah sebuah kebutuhan manusia yang mau tidak mau harus terpenuhi. Bayangkan saja, ada seorang manusia yang terisolasi didalam sebuah ruangan tanpa adanya interaksi dengan makhluk hidup lain. Ya mungkin dia masih bisa hidup karena masih bisa makan dan minum, namun apakah jiwanya sehat? Mungkin bisa jadi dia gila. Mungkin. Aku nggak pernah nyoba jadi gak tau.

Untungnya, aku dilahirkan oleh orang tua yang suka sekali bersosialisasi. Terutama bapak. Pernah suatu saat bapak dan ibu pergi untuk studi di sebuah desa dan ibu cerita bahwa bapak tidak dapat ditemui dari pagi hari hingga petang. Sepulangnya pada malam hari, bapak bercerita banyak kepada ibu tentang masyarakat desa sebelah timur yang beliau temui sepanjang hari ini. Sampai ada teman ibu dari SMA yang selalu ngatain bapak, "Bapakmu iku senengane ceramah door to door". Ya begitulah.

Dari kedua orang tua yang suka bersosialisasi, aku tumbuh menjadi orang yang demikian. Aku memang suka menyendiri, tapi aku suka juga punya banyak teman. Kadang, teman bagiku adalah media Tuhan untuk memberitahuku mana yang baik dan benar, menemaniku, dan lain sebagainya. Akupun gak bisa membayangkan gimana rasanya gak punya teman. Mau cerita ke siapa dan bagaimana.

Dalam bersosialisasi, tentu tidak hal yang baik-baik saja yang aku terima. Sering kali malah hal yang menurutku tidak baik, yang aku terima. Satu hal yang harus digarisbawahi adalah jangan menyamakan situasimu dengan orang lain. Contoh: "Halah, gendut dikit aja sedih lu. Coba jadi gue, kek gimana". Ya kalau kamu berkata demikian maka kamu memang baik-baik saja jadi gendut, tapi tidak semua orang sepakat dengan apa yang kamu pikir. Ada orang yang sampai frustasi agar tidak gendut. Itu contoh aja sih, bukan based on my true story. Hehe.

Hal yang harus diketahui adalah nggak semua orang sebodo amat seperti sebodo amatmu.
 Kadar bodo amat tuh gak bisa kita atur. Setiap orang punya batasnya masing-masing, dan kita harus tahu batas itu jangan sampai melanggar. Teman A dan teman B akan memunculkan reaksi yang berbeda ketika aku bilang, "Emang gak bisa mikir ya otakmu". Teman A bisa jadi menanggapi itu adalah sebuah lelucon, tapi teman B bisa jadi memikirkan kalimat itu sampai berhari-hari kemudian.

Lalu bagaimana kita tahu batas itu?

Ya tanpa tahu batas-batas yang dimiliki setiap orang, kenapa sih nggak bicara baik-baik saja? Entah itu ke temen yang sangat bodo amat, atau ke temen yg nggak bisa bodo amat. Bicara baik adalah hal yang mutlak dalam kehidupan sosial. Ya misal kalau udah terlanjur bicara yang tidak baik, ada baiknya kita dengan berani untuk minta maaf. Tentu ini juga jadi pembelajaran di kehidupanku. Sedapat mungkin jangan sampai aku mengutarakan hal yang bisa menyakiti hati orang lain. Ya, akupun masih belajar dan terkadang masih kelepasan bicara kasar ke orang lain. Untuk itu, siapapun yang membaca ini dan merasa pernah tersakiti karena kalimat yang aku lontarkan, aku benar-benar mohon maaf.

***

No comments:

Post a Comment