Ya, Kita Tidak Bisa Menahan Seseorang Untuk Pergi

Orang datang dan pergi dalam hidup kita. Kita gak bisa menghindar dari pertemuan pertama begitu pula dengan kepergian. Untungnya, kita cukup dimudahkan dengan hal-hal yang berbau pertemuan pertama. Mengenal, beradaptasi, dan mulai mengerti tidak pernah sesulit merelakan seseorang untuk pergi.

Kepergian menjadi sangat kompleks dan selalu berujung pada situasi menyedihkan. Ya mau gak mau, kita harus mengakui, siapapun orangnya; menjengkelkan atau menyenangkan, orang itu selalu meninggalkan memori bagi kita. Memori ini yang selalu menahan kita untuk pergi di sebuah situasi yang sering kali nggak menguntungkan kita sama sekali. Tidur jadi larut malam hanya demi menangis dan menyesali semua yang terjadi, jadi sering melamun, dan hal-hal yang sebenarnya membawa kita menjadi pribadi yang tidak produktif, denial, dan ignorant.

Pergi tidak selalu berkaitan dengan hilangnya seseorang dari hidup kita (re: orang itu tiada atau pergi ke tempat yang jauh), bisa jadi lebih rumit dari itu: orangnya ada, ada di dekat kita, tapi dia bukan lagi yang kita kenal. Itu pun masih masuk dalam kategori perginya seseorang dari hidup kita. Dan ya. Semua punya porsi menyakitkannya masing-masing, tergantung seberapa berat memori yang dititipkan kepada kita.

Seperti orangtua bilang, "Persiapkan payung sebelum hujan, persiapkan kehilangan sebelum pertemuan". Ya harusnya dari awal kita tahu tidak ada yang namanya selamanya. Semua itu sementara, pun dengan kebersamaan itu sendiri. Apa yang harus kita sadari? Pertemuan dan perpisahannya selalu datang sebagai paket lengkap. Harusnya kita lebih mengerti dan mempersiapkan semuanya dengan lebih baik lagi ketika mengenal seseorang.

Apa yang membuat kita tidak siap?

Karena kita terlena. Terlalu banyak menari dan bersenang-senang, sedangkan kita tidak tahu sebagaimana hebatnya malam bisa secepat itu merubah hati seseorang. Tidak ada yang salah dengan orang yang memutuskan untuk pergi. Pun aku tekankan ini sama kamu: Tidak ada yang salah denganmu ketika seseorang memutuskan untuk pergi dari hidupmu.

Hal yang membuat situasi lebih runyam dari sekedar pergi adalah pikiran kita sendiri. Bagaimana setiap malam kita terus menanyakan pada langit-langit, "Apa yang kurang dari diriku?". Dan semua hal yang membuat pikiran kita bermuara pada "Aku tidak cukup baik". Tidak. Tenang, kamu sudah cukup baik. Cukup baik untuk siapapun termasuk dirimu sendiri.

Seseorang pergi atas keputusannya. Meskipun ada hal-hal yang dikaitkan dengan kondisi dirimu atau perilakumu, percayalah, sebenarnya setiap permasalahan ada jalan keluar. Jika ia pergi, maka ia memang tidak mau mencari jalan keluar, bukan karena kamu tidak cukup baik. Mau kamu sebaik siapapun di bumi ini (sebutkan sendiri), ia akan tetap pergi.

Lalu ketika seseorang pergi. Tegaplah di kedua kakimu dan berjalanlah terus maju. Karena bumi tidak suka menunggu, ia akan terus berputar apapun kondisimu. Tegarlah, aku tau tidak mudah tapi kita bisa mengatasi kepergian seseorang karena diri kita kuat. Karena kita berharga.

Aprilia Widia Andini

No comments:

Post a Comment