Hari-hari awal sangat menyenangkan, jujur. Berkumpul dengan orang tua. Gegoleran di kasur. Buat gambar ini itu. Chattingan sama temen hampir 24/7 (karena biasanya mereka slowres gara-gara kerja). Pokoknya banyak sekali hikmah dari perubahan sosial besar-besaran ini sama hidupku. Dan aku merasa itu hal yang sangat baik karena perubahan itu membawaku jadi pribadi yang lebih baik. Tapi, memasuki minggu ketiga, kok rasanya sudah mulai gak karuan ya. Bahkan kata orang, sekarang tidur pun menjadi membosankan. Hm.
Disuapi berita-berita tidak mengenakan dari luar sana memang mempengaruhi mental kita. Meskipun dari minggu pertama, aku sangat membatasi membaca berita-berita itu, tapi mau gak mau pasti berita itu pasti sampai di telinga kita. Apalagi kalau sudah buka sosmed, wah, tidak sedikit orang yang memberitakan hal-hal "mengerikan" yang terjadi diluar sana. Hmm.
Bahkan para peneliti mewajibkan orang untuk stay sane dengan tidak mengakses situs-situs yang sering kali bikin judul clickbait yang kontroversi. Tentu sebagai masyarakat Indonesia yang umum, membaca judul adalah membaca keseluruhan berita. Gak ngono gaes!!!! Judul itu memang menggambarkan isi berita, tapi bukan ISI keseluruhan berita. Kalau misal kalian males baca satu artikel, kalian baca aja paragraf awal yang diitalic. Namanya lead berita. Biasanya isinya 5W 1H dan itu lebih menggambarkan isi daripada JUDUL.
Heran, sekarang banyak banget selebtwit yang tidak menggunakan platform gede mereka untuk menyebarkan hal yang positif. Sering banget dengan modal screenshot judul berita yang kontroversi, mereka lalu mengundang masyarakat untuk mencemooh, ikut-ikutan gusar, dan semakin panik. Gak ada tuh yang ngeshare beserta link beritanya. Pun ada linknya, aku yakin orang-orang pada gak baca dan langsung ketrigger karena judul yang emang sengaja dibuat biar orang-orang ngeklik. Hm. Ikut stres jadinya.
Banyak hal lho yang bisa membuat kita tetap waras di kondisi saat ini. Tentunya jangan sering-sering akses sosial media, karena udah nggak bisa terfilter lagi tuh mana berita hoax, mana yang cuman buat ngonten, mana yang beneran mengedukasi dan memberi info. Lebih baik kalau mau baca berita, langsung aja ke website berita online yang terpercaya. Yang paling enak ya emang baca websitenya WHO dan website-website luar yang gak cuman cari "klik" tapi emang mereka mau memberitakan hal yang seharusnya diberitakan. Istilahnya beneran wartawan bukan bisnisman berselimut wartawan.
Juga banyak hal yang bisa kita lakukan salah satunya berpikir simpel. Tentu selain mengontrol keinginan untuk bersosmed, kita juga harus mengontrol pikiran untuk berpikir simpel terhadap sebuah masalah. Intinya gak usah terlalu mikir, apalagi hal-hal yang gak bisa kamu kontrol.
Baru-baru ini memang aku sedang mengalami krisis perasaan. Ceilah. Dimana aku kayak terombang-ambing diantara dua dunia yaitu harapan dan kenyataan. Banyak hal yang nggak pasti tapi aku tetap percaya hal itu akan menjadi pasti, entah suatu saat ini. Di keadaan ini aku cepat sekali ditampar untuk sadar bahwa tidak semuanya harus mengikuti perasaanmu. Kadang perasaan orang lain pun harus dihormati dan dihargai. Waduh jadi kemana-mana ya.
Intinya gini deh, ketika kamu mau tanya "Sedang apa?". Maka tanyalah tanpa harus memikirkan panjang lebar, memikirkan apakah nanti dia baper, memikirkan siapa nenek moyangnya. Sumpah itu berlebihan dan gak perlu. Tanya aja ketika kamu ingin mengetahui keadaan seseorang, gak usah banyak mikir. Pun ketika dia gak menjawab atau hasil jawabannya gak sesuai dengan keinginanmu, maka mikirlah simpel lagi. Anggap aja dia memang tidak punya pulsa atau ketika dia menjawab ala kadarnya; mungkin dia lagi kebelet beol. Yah, kadang gak make sense tapi sumpah itu lebih mudah buat dilewati daripada kita mikiiiiir terus hal-hal yang gak bisa kita kontrol.
Banyak hal yang kupelajari dari karantina ini. Sebagian besar adalah aku jadi kenal diriku daripada sebelum-sebelumnya. Aku jadi lebih memahami dan menerima diriku apa adanya. Tentu, ketika kenal, maka kita akan semakin sayang. Ya, bisa kusimpulkan, aku menyayangi diriku ini. Setiap incinya, setiap perasaan, setiap momen yang tercipta, aku menyayangi diriku dan gak ada satupun orang yang bisa merubah perasaan itu. Tidak dengan pria manapun. Hehe.
Aprilia Widia Andini
No comments:
Post a Comment