Jadi, bagaimana kabarmu?
Baumu sudah mulai hilang dari jaket yang kukenakan saat terakhir kali kita ketemu. Apakah kamu juga sudah lupa akan kehadiranku? Aku takut kembali mencarimu karena di setiap kehadiranku, kamu selalu berkata bahwa aku adalah orang yang jahat. Fakta bahwa aku adalah orang yang jahat adalah fakta yang tidak terbantahkan dan aku benci ketika aku menyadari bahwa aku menyakitimu.
Ketahuilah, namamu masih terselip di dalam doaku. Kalau dulu, aku selalu mendoakan kesehatan, kelancaran, kebaikan, dan keselamatan yang akan selalu mendatangimu. Tapi sekarang, aku tambahi dengan "semoga dia bisa mampir ke mimpiku malam ini". Tentu saja aku masih senang ngobrol, makan bareng, ghibahin orang sama kamu, karena rasanya di dunia nyata itu tidak akan terjadi lagi, jadi aku rasa mimpi sudah cukup membuatku senang.
Kita berangkat dari teman yang baik, aku berharap kita seterusnya akan menjadi teman yang baik. Meskipun jauh jauh jauh jauh jauh di lubuk hatiku yang terdalam, aku masih mencari jalan bagaimana kita seterusnya akan berdua kemana-mana; menikmati konser band favorit kita, mencoba nongkrong di tempat kekinian, dan mencari tempat dengan senja terbaik di sudut kota. Tapi kita tahu, bahwa hal itu tidak mungkin terjadi kecuali ada salah satu dari kita yang bersedia mengkhianati penciptanya.
Kalau kamu tanya kabarku; aku baik. Masih berusaha menata kewarasan pelan-pelan sambil sesekali menyeka air mata yang jatuh karena tiba-tiba teringat kamu. Aku pikir ketika aku bertahan dengan kesedihan ini, semua akan lama-lama menjadi mudah. Tapi nyatanya tidak. Aku menyadari setiap hari aku masih memiliki tantangan yang sama untuk tetap waras di tengah ributnya pikiranku. Kadang secara random, untuk menguatkanku menjalani hari, aku berkirim pesan ke teman dengan "aku kangen ****n"
Ya kayak yang kamu tahu, aku gampang khawatir. Kamu hilang beberapa jam aja otakku udah panik mencari semua alternatif buruk yang mungkin terjadi, apalagi ini sudah beberapa hari. Takut kamu kenapa-kenapa, takut kamu kesepian, takut kamu sakit, takut kamu sedih. Tapi dari semua yang terjadi, aku takut nyakitin kamu kalau aku terus-terusan kembali. Semoga kamu terus-terusan baik-baik aja dan dikelilingi oleh orang-orang baik.
Aku tidak ingin membela diri dengan apa yang terjadi. Aku memang manusia yang buruk dan selalu mencari apa yang baik untuk diri sendiri tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Aku memang egois. Aku minta maaf. Aku akan berulang kali minta maaf kalau kamu perlu aku begitu.
Aku akan senang kalau kita ngobrol kembali. Aku harap kita bisa perbaiki perpisahan yang terkesan buru-buru itu. Tapi tetap aku paling menghargai keputusanmu dan perasaanmu. Kamu bisa hubungi aku kalau kamu rasa perlu. Udah gitu aja. Maaf dan terima kasih
No comments:
Post a Comment